Senin, 20 Januari 2014

Best of The Best in Banyuwangi


Bismillah....

Siapa yang tak kenal Banyuwangi yang merupakan daerah paling ujung di timur Pulau Jawa ?? .. Mungkin sebagian orang masih kurang mengetahui bahwa Banyuwangi memiliki eksotisme pemandangan alam yang luar biasa. Mmmmm mungkin sebagian orang itu termasuk saya, ketika dulu saya hanya mengenal Banyuwangi hanya sekedar tempat penyebrangan menuju Pulau Bali, tapi beberapa tahun kebelakang ini saya sangat penasaran tentang apa yang di ucapkan banyak orang tentang Banyuwangi yang salah satunya adalah Kawah Ijen.  

Kawah Ijen Banyuwangi (Sumber Google 2014)
Kawah Ijen adalah sebuah danau kawah yang bersifat asam yang berada di puncak Gunung Ijen dengan tinggi 2368 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman danau 200 meter dan luas kawah mencapai 5466 Hektar. Kawah Ijen berada dalam wilayah Cagar Alam Taman Wisata Ijen, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.  





Blue Fire Kawah Ijen (Sumber Google 2014)
Kawah ini terkenal dengan BLUE FIRE atau si Api Biru yaitu suatu fenomena yang muncul diantara celah celah bebatuan antara pukul 01.00-02.00 WIB, fenomena ini akan perlahan tak terlihat saat matahari mulai terbit.  Di dunia fenomena BLUE FIRE ini hanya berada di dua tempat yaitu di Indonesia dan di Islandia.  Yess, sungguh membanggakan bukan, negara kita memiliki salah satu fenomena yang indah di dunia.

Oks !! itulah sekilas tentang Kawah Ijen dan Blue Fire nya, mari kita kembali ke petualangan sebenarnya menuju Kawah Ijen.  Dimulai hari Senin, 13 Januari 2014 pukul 02.00 wib dini hari pagi buta, saya beserta kawan-kawan yang masih tergabung dalam Jong Java Trekking Organizer bersiap diri untuk trekking menuju Kawah Ijen.  Trekking di pagi buta memang lebih menantang, karena harus lebih berhati-hati saat berjalan dan juga penglihatan harus senantiasa fokus karena alam yang gelap.  Perjalanan menuju Kawah Ijen dapat ditempuh 2 jam bagi yang sudah terbiasa mendaki, tapi bagi kami yang masih pemula perjalanan harus kami tempuh sekitar 3 jam sampai 4 jam.  Rasa lelah harus tinggalkan, rasa menyerah harus kami lawan, fokus hanya satu tujuan yaitu fenomena BLUE FIRE yang hanya pada ingatan kami.  Beberapa dari kawan kami sudah lebih duluan menuju kesana sedangkan kami masih harus berjuang hingga kami baru sampai di Puncak Kawah Ijen kurang lebih pukul 05.00 wib.  Masya Allah, cape nyaaaa .... belum hilang rasa lelah kami baru mencapai puncak bau belerang yang sangat menyengat disertai angin kencang yang berhembus dingin membuat kami mual hingga saya pun sempat muntah beberapa kali heheheheh (maklum termasuk golongan pendaki pemula).   

Kawah Ijen di kala mendung
Awalnya kami mengira BLUE FIRE itu dapat dilihat langsung ketika kami berada di Puncak Kawah Ijen.  Ya Allah, kenyataannya perjuangan kami belum selesai untuk mendapatkan fenomena BLUE FIRE tersebut secara jelas karena kami harus menuruni lagi kawah dengan perjalanan sekitar 1 jam menuju BLUE FIRE, 1 jam menuju kembali Puncak Kawah Ijen.  Berhubung saat itu, kami tiba cuaca sedang mendung dan juga sudah memasuki waktu pagi hari sehingga kami tidak mendapatkan pemandangan BLUE FIRE tersebut, yang kami dapat hanya kepulan asap tebal di sekitar BLUE FIRE.

Kawah Ijen dari dekat

Kawah Ijen dari dekat

Puncak Gunung Ijen

Puncak Gunung Ijen


TravelleRiesAgung at Summit Mount of Ijen 2368mdpl
Penambang Belerang Gunung Ijen

Sebuah cerita di sekitar Kawah Ijen, disana kita bisa melihat para pria penambang belerang, bayangkan saja demi mencari nafkah para pria tersebut harus berjuang walau nyawa taruhannya.  Hal tersebut dikarenakan mereka harus menuruni lereng Kawah Ijen yang bau belerang tanpa alat pengaman yang memadai.  Mereka memikul belerang beban rata-rata 90kg yang perkilo nya dihargai oleh pengepul senilai Rp 750,- (tujuh ratus lima puluh perak) per kilogram.. sungguh jumlah nominal yang kecil tidak sebanding dengan pengorbanannya.

Batuan Jenis Belerang di Gunung Ijen
Aneka Bentuk Ornamen yang Terbuat dari Belerang
Sebagai tambahan pengais rezeki, para penambang tersebut dapat berperan sebagai guide yang mau menemani kita hingga dapat melihat BLUE FIRE, selain itu mereka pun membuat aneka bentuk kreativitas dari batuan belerang yang dibuat sedemikian rupa dengan tujuan untuk di jual kepada pengunjung.  Selain bentuknya yang unik dan lucu, batuan belerang tersebut dapat digunakan untuk mengobati aneka penyakit kulit .. mmm tapi sayang juga sih kalau belerang-belerang lucu itu digunakan soalnya bentuknya lucu hehehehe.

Bonus "Pemandangan indah selama menuruni Gunung Ijen"

Taman Nasional Baluran (Kondisi Kemarau). (Sumber : Google)

Petualangan part 1 di Banyuwangi sudah selesai, lanjuttttttttttttttt Taman Nasional Baluran.  Taman Nasional Baluran adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo Jatim (sebelah utara Banyuwangi). Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasi sabana, hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah, hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi sabana mendominasi kawasan Taman Nasional Baluran yakni sekitar 40 persen dari total luas lahan.  Taman Nasional Baluran ini juga dikenal dengan sebutan "Africa-nya Indonesia", hal tersebut dapat jelas terlihat jika memasuki musim kemarau.  Sedangkan kami mendatangi Taman Nasional Baluran ini saat masih musim hujan, alhasil seperti inilah kondisi yang kami dapati di saat musim hujan.

Taman Nasional Baluran (Musim Hujan)
 
Taman Nasional Baluran (Musim Hujan)
Kesunyian di Pantai Bama di kala senja
Di akhir perjalanan Taman Nasional Baluran, kami akhirnya di suguhi pemandangan pantai yang indah meskipun lagi-lagi cuaca sedang tidak bersahabat.  Pantai Bama adalah pantai yang berada di ujung petualangan perjalanan di Taman Baluran, pantainya masih sangat bersih dan sepi.  Di Pantai Bama ini kami melakukan kegiatan bermain air diantaranya ada yang sekedar bermain di pinggiran pantai, menaiki perahu, bermain kano, dan juga snorkeling.
 
Pantai Bama - Banyuwangi
Bermain Kano di Pantai Bama - Banyuwangi
Snorkeling at Bama Beach - Banyuwangi


Berakhir di Pantai Bama, maka berakhir sudah perjalanan saya dan kawan-kawan di ujung timur Pulau Jawa ini, lukisan-lukisan Allah mulai dari pegunungan, hutan, hingga pantai sudah kami nikmati.  Subhanallah, semuanya indah dan akan lebih indah lagi jika manusia mengindahkannya, mampu melestarikannya tanpa merusak sedikitpun.  Dan Indonesia, saya cinta padamu !!

Wassalam....























 






































































































































































































































































































Minggu, 19 Januari 2014

The Beauty of East Java From Surabaya till Mount of Bromo



Bismillah..

Berawal dari ajakan sahabatku dari Bandung untuk menghabiskan long weekend di awal tahun 2014 untuk explorer di timur Pulau Jawa bersama Jong Java Trekking.
Sabtu, 11 Januari 2014 petualangan pun di mulai.  Pukul 06.00 wib, saya dan suami udah nongkrong di Stasiun Tawang untuk menunggu kereta Harina tiba.  Sekedar info tiket Harina tujuan Surabaya (Pasar Turi) dari Semarang saat itu harganya Rp 245.000,- (untuk kelas eksekutif). 
Pukul 12.00 wib tibalah kami di Stasiun Surabaya (Pasar Turi).
Stasiun Pasar Turi - Surabaya



Masjid Agung Al Akbar Kota Surabaya
Sambil nunggu meeting point pukul 22.00 wib di Taman Pelangi, kami memutuskan untuk explorer Kota Surabaya. Mmmmm Surabaya kota yang bersih, saya bangga dengan kota ini, kota pelabuhan tapi bebas banjir... sungguh patut di contoh.  Jelajah kami di Surabaya meliputi Masjid Agung Al - Akbar Kota Surabaya, icon (patung) Suro & Buoyo, dan Kebun Binatang Surabaya.
Patung Simbol Kota Surabaya (Suro & Buoyo)


Kebun Binatang Surabaya

Jong Java Trekking _ January 2014
Tibalah pukul 22.00 wib waktu yang di nanti-nantikan berkumpul di Taman Pelangi Surabaya untuk meeting point dengan kawan-kawan Backpacker Indonesia yang tergabung dalam Jong Java Trekking Organizer.
Sunrise Bromo Mountain
Pukul 00.00 dinihari kami berangkat dari Surabaya menuju Probolinggo dan sampai di Bromo pukul 03.00 wib.  Tujuan utama kami adalah menuju Pananjakan Bromo untuk mengejar Sunrise alias matahari terbit.  Perjalanan kami menuju Pananjakan Bromo cukup lumayan, yaaa kira-kira 1 jam.  Tiba di Pananjakan, Upsss Astagfirullah, banyak banget pengunjung hingga kami harus berdesakan dan akhirnya dapatkan view yang bagus meski tertutup kabut, maklum saat itu cuaca sedang mendung. But, tetep berucap Alhamdulillah.

Sunrise Bromo
Beautiful of Mount Bromo
Cukup puas menikmati keindahan Bromo melalui Pananjakan, perjalanan kami selanjutnya adalah menuju Kawah Bromo.  Untuk menuju Kawah Bromo kami menggunakan Jeep 4 x 4, ooohhh tentunya harus dikemudikan oleh yang ahli klo enggak bisa-bisa gak aman mengingat jalan menuju Kawah Bromo relief jalannya tergolong curam dan terjal.

Tibalah kami di parkiran Kawah Bromo, pemandangan pertama yang didapati adalah pemandangan jelas dari Gunung Batok yang merupakan salah satu bagian dari Bromo.
Gunung Batok - Bromo
Sejauh mata memandang... huffff memang masih jauh ternyata menuju puncak Gunung Bromo untuk melihat kawah Bromo.  Kita harus melalui track yang cukup panjang dan juga mendaki walau bisa menggunakan tangga untuk menuju puncaknya.  Saya sih dan suami lebih memilih naik kuda hehehehe lagi males trekking ceritanya hehehehe. Yups, disana ada penyewaan kuda yang bertarif Rp 100.000,-/kuda yang bisa digunakan mulai dari parkiran hingga sebelum tangga awal menuju kawah Bromo dan sebaliknya.
Berkuda di lautan pasir Bromo
Anak Tangga Menuju Puncak Gunung Bromo
Tibalah kami sebelum menuju tangga... Astagfirullah lagi-lagi pemandangan lautan manusia.. mmmm mungkin karena saat kami kesini memang sedang long weekend.  Tapi gak apa-apalah, mudah-mudahan ini menjadi salah satu wujud rasa syukur para pengunjung kepada Allah bahwa Dialah yang Maha Pencipta, yang menciptakan keindahan ini.  Suasana dari mulai awal anak tangga sudah bagaikan semut yang mengantri.
Suasana Weekend Menuju Puncak Bromo
Puncak Gunung Bromo
Dan Alhamdulillah, akhirnya kami dapat mencapai Puncak Gunung Bromo, menikmati pemandangan dari atas, menikmati pusingnya bau belerang yang berada di Kawah Bromo, juga menikmati pemandangan lautan manusia yang masih berada di bawah kaki Gunung Bromo.  Subhanallah, sungguh indah ciptaanMu Ya Rabb.
Puncak Gunung Bromo
Puncak Gunung Bromo
Kawah Gunung Bromo
TravelleRiesAgunG in Summit of Mount Bromo 2329mdpl
Bukit Teletubies yang berkabut
Perjalanan kami belum terhenti sampai di Puncak Bromo. Usai menikmati Puncak Bromo, perjalanan selanjutnya masih di kawasan Bromo yaitu menikmati keindahan Bukit Telletubies, tapi sayang gak bisa ketemu tinky, winky, dipsy, lala, pow.. hehehehehe.... Dan lebih disayangkan juga saat itu cuaca sedang kurang bersahabat sehingga pemandangan kurang greget rasanya.
Anggap aja ini Tinky, Winky, Depsy, Lala, Pow di Bukit Teletubies hehehe
Usai berlelah-lelah explorer Bromo, ternyata masih ada satu lagi destinasi yang belum di kunjungi.  Destinasi terakhir kami di Bromo yaitu Air Terjun Madakaripura.  Konon katanya di tempat air terjun tersebut Raja Majapahit pernah bertapa.  Perjalanan dari Tongas ke Madakaripura penuh dengan pemandangan bagus dan juga jalan yang tidak cukup nyaman. Tapi semua itu akan terbayar jika penjelajah sudah sampai di pintu gerbang Madakaripura. Tidak ada tiket masuk tetapi Anda akan ditawari memakai jasa guide lokal yang juga bisa membawakan tas carrier Anda bila diperlukan. Perjalanan dari sini ke air terjun sangat indah dan memanjakan mata dengan pemandangan pohon-pohon besar, udara yang segar dan juga melewati sungai-sungai. Sepatu yang kuat, tahan air ataupun sandal gunung sangat disarankan untuk perjalanan ini. Perjalanan menempuh kurang lebih 1 jam ketika kemudian Anda merasakan dinginnya sekitar dan juga air yang meloncat-loncat ke tubuh Anda. Maka dari itu, baju ganti, jas hujan ataupun payung sangat disarankan


Alhamdulillah berakhir sudah perjalanan explorer Bromo kali ini. Insya Allah kami akan kembali menikmati keindahan alam yang tercipta untuk di jaga, tercipta untuk kelangsungan anak cucu kami nantinya.  Dan semua ini akan menjadi cerita untuk anak cucu kami. 

Wassalam